Pasang Surut Air Laut

Sekilas kali ini Tukang Ledeng bicara terjadinya proses pasang surut air laut.
 

1.  Penyebab Terjadinya Pasang Surut

Pasang surut adalah fenomena alam yakni berupa naik turunnya muka air laut secara periodik akibat dari gaya tarik menarik antara bumi (air dipermukaan) dengan benda-benda langit terutama bulan dan matahari. Naik turunnya muka air laut ini memasuki muara sungai dan selanjutnya merambat ke arah sungai dan anak sungai termasuk saluran buatan.
Gaya tarik menarik antara bumi dan bulan menyebabkan bumi-bulan menjadi satu sistem kesatuan yang beredar secara bersama sekeliling sumbu perputaran bersama. Sumbu perputaran ini ialah titik berat dari sistem bumi-bulan yang berada di bumi dengan jarak 1718 km di bawah permukaan bumi.Selama peredaran tersebut tiap-tiap titik di bumi beredar sekeliling pusatnya dalam suatu orbit yang berbentuk lingkaran dengan radius yang sama dengan radius dari revolusi pusat massa bumi sekeliling sumbu perputaran bersama. Gambar 1 menunjukkan revolusi pusat massa bumi sekeliling sumbu perputaran bersama. Dilihat titik P yang berada dipermukaan bumi. Selama gerak revolusi pusat massa bumi C sekeliling sumbu perputaran bersama G (tidak disertai dengan rotasi) titik P beredar sekeliling Cp dengan orbit lintasan berbentuk suatu lingkaran dengan radius yang sama dengan orbit massa bumi sekeliling sumbu perputaran bersama (CG). Dalam peredaran tersebut titik C1 bergerak ke C2 dan P1 juga bergerak ke P2. Demikian juga karena C2 bergerak ke C3, P2 juga bergerak ke P3, demikian seterusnya. Orbit yang dilintasi adalah P1,P2,P3 dan seterusnya. Titik-titik yang lainnya, misalnya saja Q juga beredar sekeliling Cq, dengan radius sama dengan radius orbit pusat massa bumi sekeliling sumbu perputaran bersama (CG), dengan demikian radius orbit peredaran setiap titik yang ditinjau di bumi adalah sama sehingga gaya sentrifugal (Fc) yang ditimbulkan oleh peredaran setiap titik yang ditinjau di bumi adalah sama sehingga gaya sentrifugal (Fc) yang ditimbulkan oleh peredaran tersebut adalah sama besar.
Gambar 1. Revolusi Pusat Massa Bumi pada Sumbu Perputaran


Dengan adanya perputaran tersebut maka pada setiap titik di bumi bekerja gaya sentrifugal (Fc) yang  besar dan arahnya sama. Arah gaya tersebut adalah berlawanan dengan posisi bulan. Selain itu karena ada pengaruh gravitasi bulan, setiap titik di bumi mengalami gaya tarik (Fg) dengan arah menuju pusat massa bulan, sedang besar gaya tergantung pada jarak antara titik yang ditinjau dan pusat masa bulan. Gambar menunjukan tiap titik di bumi yang mengalami gaya sentrifugal dan gaya tarik bulan. Gaya pembangkit pasang surut adalah resultan dari kedua gaya tersbut.

2. Komponen Harmonik dari Pasang Surut

Pasangan matahari-bumi akan menghasilkan fenomena pasut yang mirip dengan fenomena yang diakibatkan oleh pasangan bumi-bulan. Perbedaan yang utama adalah gaya pembangkit pasut yang disebabkan oleh matahari hanya sebesar separuh kekuatan yang disebabkan oleh bulan. Hal ini disebabkan oleh jarak bumi-bulan yang jauh lebih dekat dibanding dengan jarak matahari-bumi walaupun massa matahari jauh lebih besar daripada bulan. 
Jarak bumi-matahari (dbm) = 149785000 km
Jarak bumi-bulan (dbb) = 384,385 km
Massa bulan (mb) = 7,3 x 1019 metric ton
Massa matahari (mm) = 2,2 x 1027 metric ton
Gaya pembangkit pasut = massa / (jarak3)
Gaya pembangkit pasut dari bulan (Fb) = mb/(dbb3) = 1281 N
Gaya pembangkit pasut dari matahari (Fm) = mm/(dbm3) = 655 N
Maka gaya pembangkit pasut dari matahari hanya separuh (50%) dari gaya pembangkit pasut dari bulan.
Oleh karena posisi bulan dan matahari terhadap bumi berubah-ubah maka resultan gaya pasut yang dihasilkan dari gaya tarik kedua benda angkasa tersebut tidak sesederhana yang diperkirakan. Tetapi karena rotasi bumi, revolusi bumi terhadap matahari dan revolusi bulan terhadap bumi sangat teratur, maka resultan gaya pembangkit pasut yang rumit tadi dapat diuraikan sebagai hasil gabungan sejumlah komponen harmonik pasut (harmonic constituents). Komponen harmonik ini dapat dibagi menjadi empat komponen yaitu tengah harian, harian, dan periode panjang
Tabel 1. Komponen Harmonik Pasang Surut
 
No
Spesies Komponen
Nama Komponen
Simbol
Periode
1
Tengah Harian
Principal lunar
M2
12,4
2
Tengah Harian
Principal solar
S2
12,0
3
Tengah Harian
Larger lunar elliptic
N2
12,7
4
Tengah Harian
Luni solar semi diurnal
K2
11,97
5
Harian
Luni solar diurnal
K1
23,9
6
Harian
Principal lunar diurnal
O1
25,8
7
Harian
Principal solar diurnal
P1
24,1
8
Harian
Larger lunar elliptic
Q1
26,9
9
Periode Panjang
Lunar fornightly
Mf
328
10
Periode Panjang
Lunar monthly
Mm
661
11
Periode Panjang
Solar Semi Annual
Ssa
2191
12
Perairan Dangkal

M4
6,21
13
Perairan Dangkal

MS4
6,20

3. Grafik Pasang Surut


Untuk mempermudah dalam hal pemahaman data pasang surut maka data pasang surut umumnya disajikan dalam bentuk grafik (kurva). Gambar menunjukkan contoh hasil pencatatan muka air laut sebagai fungsi waktu (kurva pasang surut).
Gambar 2. Kurva Pasang Surut
Penjelasan.

·       Tinggi pasang surut (tidal range) adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air pasang) dan air terendah (lembah air surut) yang berturutan.
·        Periode pasang surut (wave periode) adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air pada muka air rerata ke posisi yang sama berikutnya. Periode pasang surut bisa 12 jam 25 menit atau 24 jam 50 menit, yang tergantung pada tipe pasang surut. Periode pada mana muka air naik disebut pasang, sedang pada saat air turun disebut surut.
Secara kuantitaif, tipe pasut di suatu perairan dapat ditentukan oleh perbandingan antara amplitudo (tinggi gelombang) unsur-unsur pasut tunggal utama dengan amplitudo unsur-unsur pasut ganda utama. Perbandingan ini dikenal sebagai bilangan Formzahl yang mempunyai formula sebagai berikut:
F = (O1+K1)/(M2+S2)
 Dimana: 
O1   = Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan 
K1   = Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan danmatahari 
M2   = Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
S2    = Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
F     = bilangan Formahzl
Jika nilai F berada antara:
        < 0,25      : Pasut bertipe ganda (semi diurnal)
0,25 – 1,25      : Pasut bertipe campuran condong ke ganda
1,25 – 3,00      : Pasut bertipe campuran condong ke tunggal
        >3,00       : Pasut bertipe tunggal (diurnal)
Keterangan tambahan:
Untuk memperoleh O1, K1, M2, dan S2 dengan mudah kita bisa menggunakan suatu program yaitu ERGTIDE serta program tambahan yang sejenis untuk memperoleh MSL dapat menggunakan ERGRAM dan ERGELV. Namun kita harus mendapatkan tinggi muka air dalam tiap jam minimal 15 hari. Semakin lama pengukuran yang kita lakukan terhadap tinggi muka air, maka hasil akan semakin lebih akurat.

4. Jenis-Jenis Pasang Surut


Berdasarkan siklus hariannya, ada tiga jenis pasang-surut di laut, yaitu  pasang-surut setengah harian (semi-diurnal), harian (diurnal), dan campuran (mixed).
a. Pasang Surut Setengah Harian (Semi diurnal)
Di daerah yang memiliki pasang surut harian (diurnal), dalam suatu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut yang terjadi pada siang dan malam hari.
b. Pasang Surut Harian (Diurnal)
Pada daerah dengan pasang-surut harian (diurnal), dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut yang terjadi pada siang dan malam hari.
c. Pasang Campuran (Mixed)
Pada daerah dengan pasang harian (diurnal), dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut yang terjadi pada siang dan malam hari. Pasang-surut campuran ditandai oleh suatu perbedaan ketinggian pasang-surut yang cukup besar antara dua pasang-surut yang terjadi dalam satu hari. Pasang-surut type campuran dapat didominasi oleh pasang-surut semi-diurnal atau diurnal, namun pasang surut jenis campuran umumnya lebih didominasi atau lebih mendekati pasang-surut type diurnal.

5. Terminologi Pasang Surut
 
Jika pada suatu lokasi muara, sungai atau saluran dilakukan pegamatan pasang-surut, terdapat bebarapa terminologi/peristilahan yang terkait dengan padang-surut.
a.    Pasang (Flood Tide) 
 Yaitu pasang yang masuk (incoming tide) dari laut ke muara, sungai atau saluran dan menimbulkan kenaikan muka air (pasang-naik) di muara, sungai atau saluran.
b.    Surut (Eeb Tide) 
Yaitu pasang yang keluar (outgoing tide) dari laut ke muara, sungai atau saluran dan menimbulkan kenaikan muka air (pasang-naik) di muara, sungai atau saluran.
c.    Periode Pasang Surut (Tidal Period) 
Yaitu interval waktu antara dua air pasang-surut yang berurutan.
d.    Tunggang Pasang (Tidal Range) 
Yaitu perbedaan antara Pasang Tertinggi (Higher High Water/HHW) dan Pasang Terendah (Lower Low Water/LLW), yang teramati dalam suatu periode pengamatan.
e.    Ketidaksamaan Harian (Diurnal Inequality) 
Yaitu mengacu pada perbedaan tinggi dari dua air pasang atau dari dua permukaan air terendah dari tiap hari.
f.    Pasang-Surut Purnama (Spring Tide) 
Terjadi karena setiap periode 14,3 hari atau secara kasarnya 15 hari, tinggi air pasang yang terjadi adalah jauh lebih tinggi sedang permukaan air surut adalah lebih rendah dari yang terjadi pada hari-hari lainya, kondisi demikian disebut pasang-surut purnama dan hal itu diakibatkan oleh posisi bulan muda atau bulan purnama, yang terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi jika dibariskan, ketiganya berada pada satu garis lurus).
g.    Pasang-Surut Perbani (Neap Tide) 
Yaitu kebalikan dari pasang surut purnama, tinggi air pasang naik jauh lebih rendah sedang tinggi air surut adaah lebih tinggi dari yang terjadi pada hari-hari lainnya. Kondisi pasang surut (Neap Tide) terjadi setiap periode 14,3 hari atau secara kasarnya 15 hari. Pasang-surut perbani tersebut diakibatkan oleh posisi bulan muda atau bulan purnama yang terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi jika dibariskan, ketiganya membentuk garis perpotongan dengan sudut 90 derajat.
h.    Pasang Surut Bersemi Ekuinoksial (Equinoctial Spring Tides) 
Yaitu pasang-bersemi ekstra yaitu pasang bersemi yang tinggi dan terjadi dua kali satu tahun yaitu ketika awal musim semi dan pada saat automnal equinox (panjang waktu siang dan malam sama lamanya).
i.    Elevasi Acuan Pasang-Surut (Tide Datum) 
Yaitu mengacu pada ketinggian pasang-surut, elevasi acuan yang dipilih pada umumnya yang jangka panjang rata-rata dari beberapa elevasi pasang-surut seperti Lower Low Water (MLLW). MLLW adalah rata-rata dari permukaan air terendah pada suatu periode 19 tahun. MLLW adalah pada umumnya elevasi acuan nol.
6. Karakteristik Pasang Surut di Indonesia
Karakteristik pasang surut di sepanjang pantai Indonesia bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Di Kalimantan Barat Pontianak mempunyai pasang surut diurnal yaitu sekali pasang dan sekali surut setiap hari. Semakin ke Utara berubah menjadi pasang surut semi-diurnal yaitu dua kali pasang dan dua kali surut setiap harinya (Tanjung Datu). Di tempat lainnya mempunyai pasang surut campuran dimana pasang surut kadang-kadang didominasi oleh pasang surut diurnal maupun semi-diurnal (pemangkat). Kisarannya bervariasi secara tetap setiap dua mingggu dan mencapai maksimum pada pasang purnama (spring tide) dan minimum pada pasang mati (neap tide). Kisaran ini dipengaruhi oleh perubahan musim. Kisaran pasang surut bervariasi dari tempat ke tempat lain, pada pantai Utara Jawa hanya sekitar 1,00 m. Pada pantai Timur Sumatera dan pantai Selatan Kalimantan bervariasi antara 2,00 – 3,00 m dan pada pantai Selatan Irian Jaya dapat mencapai sekitar 6,00 m.
7. Tujuan Dilakukannya Pengamatan Pasang Surut

Pasang Surut adalah fenomena naik turunnya muka air laut yang disebabkan oleh gaya tarik dari benda-benda langit (matahari dan bulan). Pengamatan pasut dilakukan untuk memperoleh model tinggi muka air laut di suatu titik. Berdasarkan model tersebut, akan dapat ditetapkan bidang-bidang referensi vertikal yang sesuai dengan keperluan. Jadi, bidang referensi vertikal diperoleh dari pengamatan di satu titik yang kemudian dianggap mewakili pola pasut laut untuk suatu kawasan perairan tertentu. Pengamatan pasut dilakukan dengan mengambil sampel data tinggi muka air laut pada suatu periode waktu tertentu. Periode pengamatan pasut yang lazim dilakukan untuk keperluan praktis adalah 15 piantan atau 29 piantan. Piantan adalah terminologi selang waktu pengamatan pasut. Dengan 1 piantan adalah pengamatan pasut selama 1 hari. Batasan penting yang mendasari periodisasi ini adalah bahwa pada selang waktu tersebut bulan yang dianggap sebagai benda langit yang paling berpengaruh dalam membangkitkan pasut telah menyelesaikan setengah atau satu kali revolusinya terhadap bumi.
Tinggi muka air laut sesaat dalam interval waktu tertentu dilakukan pencatatan atau direkam. Interval waktu pencatatan tinggi muka air laut biasanya adalah 15 atau 30 menit, dengan pengamatan manual. Pada jam-jam berselang 15 atau 30 menit tersebut dicatat tinggi muka air laut terhadap suatu pengamat. Selain itu dicatat pula posisi titik pengamat dan tanggal, bulan, dan tahun pengamatannya. Catatan tinggi muka air laut sesaat tersebut kemudian menjadi sample dari populasi tinggi muka air laut di titik yang diamati.
Secara garis besar, tujuan pengamatan pasut adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan permukaan air laut rata-rata dan ketinggian titik pasut (tidal datum plane) lainnya untuk keperluan survey dan rekayasa dengan melakukan satu sistem pengikatan terhadap bidang referensi tersebut
2.      Memberikan data untuk peramalan pasut dan arus serta mempublikasikan data ini dalam tabel tahunan untuk arus dan pasut
3.      Menyelidiki perubahan kedudukan air laut dan gerakan kerak bumi
4.      Meyediakan informasi yang menyangkut keadaaan pasut untuk proyek teknik
5.      Memberikan data yang tepat untuk studi muara sungai tertentu
6.      Melengkapi informasi untuk penyelesaian masalah hukum yang berkaitan dengan batas-batas wilayah yang ditentukan berdasar pasut. 
8. Pengamatan Pasang Surut

Sebelum melakukan pengamatan pasang surut, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Studi Pustaka (untuk rencana survey pendahuluan)
Studi rencana lokasi stasiun pasut yang digambarkan pada peta Indonesia. Dengan menggunakan buku informasi pelabuhan di Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Dephub, dapat diketahui bahwa lokasi tersebut dapat dilakukan survey pendahuluan atau tidak (dermaga beton sangat baik untuk konstruksi rumah pasut)
2.  Survei Pendahuluan (untuk mengurus perijinan)
Dilakukan pada pelabuhan yang dimaksud. Ada bermacam instansi pemilik/pengelola pelabuhan seperti Administrator Pelabuhan (Dephub, Ditjen Hubla, PT. Pelindo (I, II, III, IV dan cabang-cabangnya) Pelabuhan, Pelelangan Ikan, TNI AL, dan lain-lain. Data yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:
a.      Informasi rencana pengembangan pelabuhan
b.      Kondisi dermaga
c.       Kedalaman air laut (dicari lebih dari 2 meter tersurut)
d.      Variasi pasang dan surut  setempat (unutk memasang palem/meteran pasut
e.      Perijinan. Bila kondisi pelabuhan cukup memungkinkan untuk didirikan stasiun pasut dilanjutkan dengan perijinan instansi setempat.
3.      Perencanaan bangunan stasiun pasut.
Bentuk dan konstruksi bangunan stasiun pasut sangat tergantung pada kondisi dermaga tempat stasiun pasut yang akan dibangun
4.      Pembangunan stasiun pasut dan titik ikat pasut
Setiap bangunan stasiun pasut harus dilengkapi dengan titik ikat pasut (TIP) berupa pilar beton dengan baut ketinggian dari kuningan.
5.      Instalasi alat rekam data pasut.
Pada langkah ini selain instalasi alat rekam data pasut, dilakukan juga kursus singkat bagi calon operator setempat yang akan mengoperasikan alat tersebut. Pada saat uji operasi ini minimal 24 jam pengamatan secara teratur dikontrol sehingga bila terjadi pertanyaan oleh calon operator masih dapat dijelaskan.
6.      Pengukuran sipat datar dari palem pasut ke titik ikat pasut.
Ini sangat penting bagi kelengkapan informasi pasut. Titik ikat pasut menjadi titik acuan ketinggian di lapangan.

9. Analisis Pasang Surut
a. Model Matematik Pasang Surut
Analisa pasang surut dilakukan untuk menemukan pola-pola harmonik atau periodic pada periodisasi gerak vertical muka air laut.. Oleh karena itu analisa pasut sering disebut juga dengan analisa harmonic. Jika faktor meteorologist dihilangkan dari model gelombang pasut maka akan diperoleh pernyataan sebagai berikut:
Dimana:
YP (t) = tinggi muka air karena pasut saat t
Y0 = tinggi muka air rata-rata (mean sea level)
Ai = amplitude komponen pasut ke-i
Ti = periode komponen pasut ke-i
t = waktu
n = jumlah komponen



b. Metode Penentuan Konstanta Harmonik
 Dari pengamatan pasang surut yang telah dilakukan dengan interval waktu tertentu, maka persamaan tersebut diatas dapat ditentukan komponen harmonik pasutnya (Amplitudonya). Ada beberapa cara hitung data pasut antara lain yaitu dengan cara konvensional (dengan mengambil harga rata-rata dari semua data pengamatan, dimana harga tersebut menyatakan kedudukan permukaan air laut rata-rata), metode admiralthy dan metode least square. Dengan perkembangan komputer dan software untuk hitungan, sangat membantu pengolahan data pasut. Bervariasinya tingkat pengetahuan pengguna data pasut terhadap perpasutan menyebabkan sedikit kesulitan dalam membuat model sajian informasi pasut. Hasil hitungan pasut yang sering dihasilkan dan sering dibutuhkan oleh pengguna data adalah konstanta harmonik, mean sea level, chart datum, daftar tertinggi dan terendah muka air laut serta prediksi pasut. 

c. Metode Admiralthy
Metode admiralty merupakan analisis yang berlaku untuk pengamatan 15 atau 29 piantan. Metode ini dikembangkan oleh A.T. Doodson, Direktur Tidal Institute di Liverpool dan digunakan untuk keperluan kantor hidrografi Inggris, yaitu British Admiralty, sehingga karenanya dikenallah metode ini sebagai metode admiralthy. Metode ini mengembangkan sistematika pengolahan data pengamatan pasut dengan bantuan skema dan table-tabel penggali. Perhitungan pendekatan dengan metode admiralthy ini dibagi menurut hasil data yang didapat melaluhi pengamatan pasang surut yaitu:
1. Perhitungan 15 hari (piantan) atau biasa disebut perhitungan seri pendek, dilakukan bila data pengamatan di lapangan diperoleh hanya mencapai minimal 15 hari pengamatan atau selama 15 x 24 jam.
2. Perhitungan 29 hari (piantan) atau biasa disebut perhitungan seri panjang, dilakukan bila data pengamatan pasang surut yang diperoleh di lapangan mencapai hitungan 29 hari atau selama 29 x 24 jam.
Sebelum melakukan perhitungan, yaitu memasukkan data ketinggian air tiap jam ke dalam blangko perhitungan pendekatan, harus dilakukan pengkoreksian akan kebenaran datanya melaluhi kurva yang diplot pada kertas millimeter. Dalam hal ini data pasut yang dianggap kurang sempurna/menyimpang langsung dapat diperbaiki. Selanjutnya data yang sudah disempurnakan siap untuk dihitung. Mengerjakan isian yang telah disediakan pada blangko pendekatan misalnya : Nama tempat, lama pengamatan, (29 hari atau 15 hari).

d. Metode Least Square
 
Metode least square yang juga sering disebut dengan metode kuadrat terkecil.  Metode ini juga merupakan analisis harmonik, sehingga mengabaikan pula faktor meteorologis dalam penghitungannya. Pada metode least square ini, persamaan matematis sebelumnya dituliskan kembali sebagai berikut:
 
Dimana:
k = jumlah komponen pasut
tk = waktu pengamatan tiap jam, dengan tk = 0 sebagai waktu tengah-tengah pengamatannya
Ai = amplitude komponen pasut ke-i
Bi = amplitude komponen pasut ke-i

Garis regresi terbaik atau model pasut hasil hitungan (YP(tk) akan mendekati bentuk pasut pengamatannya jika kuadrat kesalahannya minimum, yang diekspresikan dengan persamaan:
 
Keunggulan dari metode least square adalah sebagai berikut:
1.      Gap yang biasanya terjadi pada pengamatan dapat ditolerir
2.      Fleksible dalam jumlah data yang disertakan dalam hitungan yang biasanya minimum sebulan pengamatan
3.     Tidak ada asumsi yang diterapkan untuk data pengamatan di luar range least square fitting yang dilakukan
4.      Fleksibilitas dalam sampling rate data, yang mana biasanya sampling rate per jam tetapi dapat juga diset ting dalam sampling rate yang lebih rapat misalnya per satu menit.
10. Definisi Ketinggian Acuan yang Dipakai
 
Ketinggian acuan yang dipakai dalam ilmu hidrooseanografi dalam menggambarkan pasang-surut di suatu daerah antara lain:
Tabel 2 : Tinggi Acuan Pasang Surut
 
No.
Nama
Singkatan
Definisi
1
Mean Sea Level
MSL
Tinggi rata-rata muka air rata-rata. Dihitung berdasarkan rata-rata muka air selama 20 tahun
2
Mean High Water Level
MHWL
Tinggi rata-rata muka air tinggi (diatas MSL). Dihitung berdasarkan rata-rata muka air tinggi selama 20 tahun.
3
Mean Low Water Level
MLWL
Tinggi rata-rata muka air rendah (dibawah MSL). Dihitung berdasarkan rata-rata muka air rendah selama 20 tahun.
4
Mean High Water Spring
MHWS
Tinggi rata-rata pasang purnama, yaitu harga rata-rata muka air tertinggi sewaktu pasang purnama  dalam jangka waktu panjang (20 tahun)
5
Mean Low Water Spring
MLWS
Tinggi rata-rata air rendah saat purnama, yaitu harga rata-rata muka air rendah  sewaktu pasang purnama dalam jangka waktu panjang (20 tahun)
6
Highest High Water Level
HHWL
Muka air tertinggi. Diambil sebagai muka air tertinggi selama pengamatan 20 tahun
7
Lowest Low Water Level
LLWL
Muka air terendah. Diambil sebagai muka air terendah selama pengamatan 20 tahun

Comments

Aksesoris Pipa PDAM

Aksesoris Pipa PDAM

METODE PENURUNAN ANGKA NRW

Penanggulangan Gangguan Air Minum