PENGEMBANGAN HIDROGRAF SATUAN SINTETIK NAKAYASU DAN GAMA I TERHADAP HIDROGRAF SATUAN OBSERVASI DI DAS KATINGAN

HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
Menurut Indra (2007), persamaan hidrograf satuan sintetik nakayasu tidak dapat digunakan secara langsung pada suatu daerah aliran sungai, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan karakteristik DAS antara satu DAS dengan yang lainnya. HSS Nakayasu sebelum dimodifikasi masih berbeda jauh dengan hidrograf satuan observasi.
Persamaan hidrograf satuan sintetik Nakayasu didapat berdasarkan daerah pengaliran sungai di Jepang. Persamaan Nakayasu belum tentu cocok digunakan untuk DAS yang ada di Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan modifikasi terhadap persamaan Nakayasu, sehingga hasilnya mendekati hidrograf satuan di lapangan. (Indra, 2007)
Hidrograf Satuan Sintetik Gama I dikembangkan atas riset Dr. Sri Harto di 30 daerah pengaliran sungai di Pulau Jawa pada akhir dekade 1980-an yang mengkombinasikan antara Metode Strahler dan pendekatan Kraijenhorr van der Leur. Oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi terhadap persamaan tersebut, sehingga hasilnya dapat mendekati Hidrograf Satuan Observasi.
Apabila tidak tersedia data debit sungai yang memadai maka dalam menentukan nilai debit banjir rancangan dapat dilakukan dengan mengolah data curah hujan dengan menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik Gama I. Namun nilai debit banjir rancangan yang diperoleh akan lebih besar dibanding dengan nilai debit banjir rancangan hasil olahan data debit sungai. Sehingga hal tersebut akan berdampak pada perencanaan bangunanbangunan air yang over estimate dari segi cost dan dimensi bangunan. (Vera, 2012)
Dari pernyataan tersebut sangat menarik apabila dilakukan penelitian terhadap kedua metode ini yaitu HSS Nakayasu dan HSS Gama I terhadap HS Observasi dan penelitian ini dilakukan di DAS yang ada di pulau Kalimantan, karena pulau Kalimantan memiliki sungai yang sangat lebar dan memiliki potensi alam yang baik untuk dikembangkan khsusunya adalah DAS Katingan di Provinsi Kalimantan Tengah.


LATAR BELAKANG 

Katingan memiliki potensi besar sebagai daerah penghasil rotan, jalur transportasi air yang penting, dan sering banjir
Menurut Vera (2012), Elza (2013), Sutapa (2005), dan Indra (2007) HSS Nakayasu dan Gama I memiliki perbedaan terhadap HS Observasi perlu dilakukan modifikasi sesuai karakteristik DAS


RUMUSAN MASALAH
Bagaimana perbandingan antara HSS Nakayasu dan Gama I terhadap HS Observasi?
Bagaimana persamaan modifikasi persamaan HSS Nakayasu dan Gama I terhadap data AWLR di DAS Katingan? 

PENGUMPULAN DATA
a. Dinas PU Propinsi Kalimantan Tengah 
b. Balai Wilayah Sungai Kalimantan II di Kapuas 
c. BMKG Propinsi Kalimantan Tengah 
d. Balai Hidrologi dan Tata Air Puslitbang SDA di Bandung
e. Balai Rawa Puslitbang SDA di Banjarmasin 
f. BPDAS Kahayan di Palangkaraya 


BAGAN ALUR PENELITIAN


  Gambar 1. Bagan Alir Penelitian


 UJI KONSISTENSI DENGAN LENGKUNG MASSA GANDA

Pada kasus ini dilakukan uji konsistensi terhadap data hujan di tiga stasiun hujan, yaitu Stasiun Kasongan, Stasiun Palangkaraya, dan Stasiun Tumbang Sangai.
 Gambar 2. Lengkung Massa Ganda

UJI SMIRNOV KOLMOGOROV 
Hasil Uji Smirnov Kolmogorov. Delta peluang maksimum (D maks) < Delta kritis = 10,8% < 29%.


 ANALISIS CURAH HUJAN

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui curah hujan rata-rata yang terjadi pada daerah tangkapan (catchment area) tersebut, yaitu dengan menganalisis data curah hujan maksimum yang didapat dari tiga stasiun penakar hujan yaitu Stasiun Kasongan, Palangkaraya, dan Tumbang Sangai.
Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode Thiessen, di mana pembagian luas menggunakan aplikasi ArcMap dan dengan menggunakan persamaan.



Di mana P adalah hujan rata-rata (mm), P1, P2, Pn adalah jumlah hujan masing-masing stasiun yang diamati (mm), dan A1, A2, An adalah luas subarea yang mewakili masing-masing stasiun hujan (km2).
 


Gambar 3. Analisis Curah Hujan

PENENTUAN DATA PERHITUNGAN GAMMA I DENGAN GIS 

 

 
Panjang sungai utama adalah                                         = 321 km
Luas DAS Katingan                                                            = 10.213,6 km2
Panjang sungai tingkat 1                                                = 404,86 km
Panjang sungai semua tingkat                                        = 802,35 km
Pangsa sungai tingkat 1                                                  = 10
Pangsa sungai semua tingkat                                          = 19
Pertemuan sungai              = 9                                                                                     

Comments

Post a Comment

Aksesoris Pipa PDAM

Aksesoris Pipa PDAM

METODE PENURUNAN ANGKA NRW

Penanggulangan Gangguan Air Minum